Memahami kepribadian anak
Fase 0 sampai 3 tahun. Pada fase ini
moralitas anak mulai dibentuk. Anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun
serta perbuatan baik-buruk. Pada fase ini, anak mencoba-coba melanggar aturan,
sulit diatur, nakal, dan lain-lain. Jadi, sikap seorang guru dalam fase ini
adalah kesabaran
Fase usia 4 tahun. Indikasi perilaku
pada fase ini adalah senang melanggar aturan, memamerkan diri, dan memaksakan
kinginannya. Fase ini disebu sebagai fase egosentris. Pada fase ini, sebetulnya
anak sangat mudah di dorong untuk berbuat baik dan sudah memiliki kemampuan
berempati.
Fase 4,5 sampai 6 tahun. Pada fase ini,
anak mulai menunjukkan sifat penurutnya dan mulai bisa diajak kerjasama. Dalam
bersosialisasi dengan teman-temannya, ia juga bisa menerima pendapat atau
pandangan teman-temannya. Jadi, pada usia ini, anak terlihat lebih matang. Pada
fase usia ini, seorang guru mulai memotivasi anak untuk bersikap baik dan
melakukan hal-hal yang positif pula
Belajar dari anak usia dini
Anak kecil selalu menarik perhatian
orang dewasa melalui elucuan, keriangan, keluguan, bahkan kenakalan sekalipun
mereka bukan keluarga kita tetap peduli. Orang dewasa yang normal pasti peduli,
suka, dan sayang pada anak kecil meskipun mereka kerap menjengkelkan. Salah
satu contohnya ketika merengek minta sesuatu hingga menangis bahkan mengamuk.
Lupa waktu dan selalu ingin bermain. Meski demikian, sebagai guru harus mampu
melihat perilaku anak kecil dengan pikiran positif, sabar, dan mengambil makna
dari perilaku anak kecil tersebut. Anak kecil memiliki kepolosan, kesucian, dan
kejujuran sehingga jika kita ingin disukai dan menarik perhatian serta
kepedulian hendaklah kita polos, bersih, dan jujur terutama menghadapi anak
usia dini
Harapan dan motivasi
Harapan lahir dari kepekaan seseorang
akan kemungkinan-kemungkinan bahwa perubahan ke arah lebih baik pasti akan
terjadi. Guru tidak sekedar menunggu namun turut serta dalam mempercepat
harapan diiringi dengan motivasi untuk selalu berbuat lebih baik sebagai
manifestasi kebaikan melalui perencanaan yang baik
Strategi
Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa strategi yang bisa
digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai
berikut:
1.
Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus
yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah. Guru
memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4.
Pujian. Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Pujian itu bersifat membangun.
5.
Hukuman.
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah
diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan
perhatian maksimal ke peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar