DUNIA BLOGGER , TUTORIAL COSPLAY DARI KABUPATEN KEBUMEN COSPLAY KAMEN RIDER DAN LAINYA BLOG TENTANG SEMUA GALAUANKU, ADA KOMIK CERITA PENDEK, ART AND ARTISTIK, CERITA KEHIDUPANKU,TUTORIAL,MATERI PEMBELAJARAN KALAU ADA, AAAAAAACHHHH.....

Rabu, 23 Februari 2011

tips cari uang gratis / ptc terpercaya

<a href='http://www.buxona.com/?ref=finahidayati'><img src='http://www.buxona.com/images/banner4.jpg'></a>



<a href="http://www.neobux.com/?r=finahidayati"><img src="http://images.neobux.com/imagens/banner9.gif" width="468" height="60"></a>


<a target="_blank" href="http://www.vcbux.com/?r=gampang"><img src="http://www.vcbux.com/includes/img/468x60.gif" border="0" alt="vcBux" width="468" height="60" /></a>

Rabu, 16 Februari 2011

manajeman berbasis sekolah


Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, di antaranya:
  1. potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan  berkembang jika stimulusnya tepat;
  2. mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill);
  3. persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil;
  4. 4. persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan;
  5. persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas mengenai standar kompetensi lulusan.
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi, lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan  peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti persoalannya adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.
B.    Asumsi Dasar
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan  peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Block (1971) menyatakan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik sebagai berikut :
 tingkat penguasaan kompetensi peserta didik
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Secara skematis konsep tentang prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut :
konsep tentang prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan konvensional
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut:
dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
  1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,
  2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback,
  3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
  4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)
C.    Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang  ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang  memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel  berikut,
Tabel 1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Langkah
Aspek Pembeda
Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran Konvensional
A.  Persiapan
1.Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kemampuan dasar). Setiap peserta didik harus mencapai nilai 75
Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
2.   Satuan Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada peserta didik
Dibuat untuk satu minggu pembelajar-an, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru
3.  Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat memasuki satuan pembelajaran tertentu
Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi
Kemampuan peserta didik dianggap sama
B. Pelaksanaan pembelajaran
4.     Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
5.     Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual
Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
6.     Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual
Pada bahan pembelajaran
7.     Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas
8.     Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara individual
Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
9.     Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C.   Umpan Balik
10. Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu
11.   Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok (small-group learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual
Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal
D.    Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
1. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
  • mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
  • membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
  • mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996)
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
  • Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
  • Mengembangkan  indikator berdasarkan SK/KD.
  • Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
  • Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
  • Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
  • Menggunakan teknik diagnostik
  • Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
3. Peran Peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan  kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Asumsi dasarnya adalah:
  • bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
  • standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
  • Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
  • Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
  • Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan  program pengayaan.
  • Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
  • Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuesioner, dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, maka dalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang sangat pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara pembelajaran berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial dan pengayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.
Sumber:
Diambil dan Adaptasi dari :
Depdiknas. 2008. Panduan  Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning) Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Kamis, 03 Februari 2011

rencana pelaksanaan pembelajaran


PENDAHULUAN

Salah satu indicator keberhasilan Pendidikan Agama Islam di Indonesia adalah diakuinya Indonesia sebagai salah satu Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, meskipun Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan merupakan sebuah negeri muslim yang unik karena letaknya yang sangat jauh dari pusat lahirnya Islam (Mekkah). Maka sangat tepat sekali apabila peran madrasah sangat berpengaruh di sini khususnya sebagai the central of excellence (meminjam istilah Drs. H. Raharjo, M. Ed)
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam system pendidikan nasional dan eksistensinya sudah cukup kuat beriringan dengan sekolah umum. Ini ditandai dengan lahirnya SKB tiga mentri (Mentri Agama, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mentri Dalam Negri). Saya tidak akan berpanjang lebar mengenai histories madarasah, tetapi diharapkan dapat memotivasi kita sebagai orang yang bersentuhan dengan dunia pendidikan untuk lebih sensitive terhadap problema yang ada sebagai upaya inovasi dalam system pendidikan Islam.
Komputensi disini berada dalam suatu aspek yang tak dapat dipisahkan dari kurikulum pendidikan di Indonesia karena komputensi adalah merupakan pengetahuan atau nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Maka dari itu komputensi dasar memegang peranan penting dalam pandidikan
SK dan KD merupakan arah landasan untuk mengembangkan materi pokok,kegiatan pembelajaran dan indicator pencapaian komputensi dan penilaian hasil belajar dalam menyusun silabus, disamping itu keduanya adalah standar minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran pada setiap satuan pendidikan[1],oleh karena itu kegiatan pembelajaran dan penilaian belajar harus dirancang secara kontekstual dengan memperhatikan standar proses dan standar penilaian dengan prinsip pembelajaran yang mendidik
Sesuai dengan prinsip pembelajaran yang mendidik pelaksanaan kurikulum dan pembelajran berorientasi pada peserta didik,guru sebagai fasilitator,dengan metode bervariasi,memmanfaatkan seluruh sumber belajar yang ada,dan menekankan pada penilaian proses .
Dengan demikian guru akan dituntut dapat mengembangkan SK dan KD yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan secara tidak berurutan.Adapun tujuan akhir yang akan dicapai dalam SK dan KD adalah peserta didik mampu menjadi seorang individu yang dapat menghayati,memahami,dan mengamalkan ilmunya dalam segala bidang ,pengetaahuan.,teknologi dan seni. [2]
Setelah pengembangan SK dan KD guru akan dituntun untuk membuat silabus,dimana silabus ini sebagai acuan satu semester,agar silabus dapat dilaksanakan dengan baik maka guru akan dituntut mengembangkan menjadi RPP secara kontekstual[3] .RPP yang telah diturunkan oleh guru harus dapat dilaksanakan secara aplikatif dalam kelas,berisi tentang komputensi dasar yang akan dicapai ,indicator keberhasilan dalam pembelajaran,materi pokok,serta penilaian
Seperti yang telah ditetapkan oleh   peraturan menteri pendidikan nasional republic Indonesia No 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

Pasal 1
Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi  minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.[4]
Contoh SK dan KD
Kelas III, Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Al Qur’an
1. Mengenal kalimat dalam Al Qur’an

1.1  Membaca kalimat dalam Al Qur’an
1.2  Menulis kalimat dalam Al Qur’an

Aqidah
2. Mengenal sifat wajib Allah

2.1 Menyebutkan lima sifat wajib Allah
2.2 Mengartikan lima sifat wajib Allah

Akhlak
3. Membiasakan perilaku terpuji

3.1 Menampilkan perilaku percaya diri
3.2 Menampilkan perilaku tekun     
3.3 Menampilkan perilaku hemat

Fiqih
4.  Melaksanakan shalat dengan tertib

                        Menghafal bacaan shalat
                        Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan shalat


Cara mengembangkan komputensi dasar menjadi indicator
Cara yang mudah untuk menjabarkan komputensi dasar ke indikatorkomputensi adalah menambahkan kolom di sebelah kanan pada format standar komputensi dasar pada contoh berikut ini:
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Al Qur’an
1. Mengenal kalimat dalam Al Qur’an


1.1 Menterjemahkan
1.2 Menulis ulang
1.3  Membaca kalimat dalam Al Qur’an
1.4  Menulis kalimat dalam Al Qur’an

Aqidah
2. Mengenal sifat wajib Allah

2.1 Menyebutkan lima sifat wajib Allah
2.2 Mengartikan lima sifat wajib Allah


2.1 Membedakan
2.2 Mendiskripsikan
Akhlak
3. Membiasakan perilaku terpuji


3.1 Mengamati
3.2 Mengamati
3.3 menjelaskan
3.1 Menampilkan perilaku percaya diri
3.2 Menampilkan perilaku tekun     
3.3 Menampilkan perilaku hemat

Fiqih
4.  Melaksanakan shalat dengan tertib


3.1  Melatih
3.2 Memberi contoh
                        Menghafal bacaan shalat
                        Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan shalat


3.Analisis
Telah diterangkan diatas SK adalah standar minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran padasetiap satuan pendidikan,oleh karena itu kegiatan pembelajaran
sedangkan kelas adalah tempat dimana proses kegiatan pembelajaran terjadi jadi standar komputensi kelas adalah : standar minimal yang harus di capai oleh peserta didik dalam pembelajaran pada setiap satuan pendidikan, yang berlangsung di dalam kelas
setelah dilakukan perencanaan standar  komputensi barulah kita akan memasuki atau mengembangkan indicator komputensi, dimana indicator komputensi akan di terapkan dalam proses kegiatan pembelajaran yang akan menentukan suatu tingkat kesulitan dari KD tersebut,tidak mungkin kan sebuah materi pokok, pembelajaran kelas III semester 2 misalnya diajarkan ke dalam pembelajaran kelas III  semester 2 maka akan terjadi ketidak sinambungan dalam proses pembelajaran yang akan mengakibatkan masalah oleh peserta didik itu sendiri,
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.



[1] Dr.E.Mulyasa, M,Pd. “ kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (Bandung : Remaja Rosdakarya 2009 ) hal 91
[2] Dr. Rahmat Raharjo,M.Ag.” Inovasi Kurikulum PAI (Yogyakarta : Magnum pustaka 2010 ) hal 76
[3]  Ibid hal 81
[4]  Lihat Peraturan Pemerintah  no 20 pasal 1

Rabu, 02 Februari 2011

Upaya penggalian visi pendidikan


Diskusi ini merupakan salah satu cara dalam meningkatkan keilmuan atau pendidikan di indonesia,dengan adanya sidang akademi ini diharapkan para siswa dapat berlatih berbicara khususnya para remaja,tujuannya adalah remaja dapat mengaktualisasikan dirinya,dengan metode diskusi panel,diskusi ini diharapkan dapat memunculkan karya-karya yang bagus dan menggugah,
Seperti yang dipaparkan SMA Kolese John De Brito dengan judul makalah “ Remaja memilih “ dalam pembahasan ini dikatakan bahwa remaja adalah fase selanjutnya yaitu masa transisi dimana remaja akan mengantikan orang-orang sebelumnya sebagai tonggak pendiri serta pembangun bangsa
Seperti diadakanya sesi tanya jawab ini membantu para remaja berfikir kritis dan teoritis seperti pemaparan makalah yang berjudul “seandainya saya menjadi menteri pendidikan “ dalam pemikiran dewasa  ini pendidikan di indonesia masih belum terwujud sepenuhnya,karena masih banyak anak yang belum mengenyam pendidikan yang seharusnya ia dapatkan, sehingga munculah ide ini.
Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[1] Ada berbagai metode pembelajaran, yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus, metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan lebih dari satu metode[i] 
Beberapa metode dalam pembelajaaran
Metode ceramah.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah
Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum digunakan, diantaranya adalah :
a. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.[2]
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
f. Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
Ø  Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
Ø  Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
Ø  Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
Ø  Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.


[1] Dr.E Mulyasa, M. Pd.kurikulum yang disempurnakan, (bandung : remaja Rosdakarya 2006) hal 35-40
[2]  Ibid,hal 43-47